Film Sokola Rimba merupakan salah satu karya film Indonesia yang mengangkat tema pendidikan dan kemanusiaan di pedalaman Indonesia. Dirilis pada tahun 2013, film ini disutradarai oleh Riri Riza dan diadaptasi dari kisah nyata Butet Manurung—seorang aktivis pendidikan yang mengabdikan hidupnya untuk mengajar masyarakat adat Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di hutan Jambi.
Lewat cerita yang mengharukan dan menyentuh hati, Sokola Rimba menyajikan potret nyata perjuangan memberi pendidikan kepada komunitas yang hidup jauh dari jangkauan sistem formal.
Sinopsis dan Latar Cerita
1. Mengajar di Tengah Rimba
Film ini mengikuti kisah Butet Manurung (diperankan oleh Prisia Nasution), seorang antropolog dan aktivis pendidikan yang memutuskan untuk tinggal bersama komunitas Orang Rimba. Tujuannya adalah mengenalkan baca-tulis serta pendidikan dasar kepada anak-anak rimba yang tidak tersentuh sekolah formal.
Namun, tugas Butet tidak mudah. Ia harus menyesuaikan diri dengan budaya lokal yang sangat berbeda dari dunia luar. Ia menghadapi penolakan, ketakutan, dan berbagai tantangan, baik dari dalam komunitas maupun dari luar—termasuk ancaman dari pihak-pihak yang mengeksploitasi hutan dan mengancam keberadaan Orang Rimba.
2. Pendidikan yang Kontekstual
Butet tidak hanya mengajarkan pelajaran akademik. Ia juga belajar dari komunitas tempat ia tinggal, menghormati tradisi mereka, dan menciptakan pendekatan belajar yang sesuai dengan budaya lokal. Inilah yang disebut “Sokola Rimba”—sekolah yang tidak dalam bentuk gedung, tetapi dalam bentuk dialog, pemahaman, dan interaksi manusia.
Pesan Moral dan Nilai Kehidupan
1. Pendidikan untuk Semua
Salah satu pesan kuat dalam film ini adalah bahwa setiap anak, di manapun berada, berhak atas pendidikan. Sokola Rimba menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga tentang membangkitkan kesadaran, mengenalkan hak, dan membangun masa depan yang lebih baik.
2. Menghargai Perbedaan Budaya
Film ini juga mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan. Butet belajar bahwa untuk benar-benar membantu, kita harus memahami budaya orang yang kita bantu. Pendekatan humanis dan empati adalah kunci dalam menyentuh hati dan menciptakan perubahan.
3. Perjuangan Tanpa Pamrih
Karakter Butet menjadi simbol perjuangan tanpa pamrih. Ia mengorbankan kenyamanan hidupnya untuk hidup di tengah hutan, tanpa fasilitas, demi mengabdikan diri untuk pendidikan. Ketulusan dan dedikasinya menjadi inspirasi nyata bagi banyak orang.
Apresiasi dan Dampak Sosial
Film Sokola Rimba mendapat banyak pujian karena ceritanya yang kuat dan sinematografi yang indah, menggambarkan keasrian hutan Sumatra serta kehidupan masyarakat adat dengan sangat manusiawi. Film ini membuka mata publik tentang keberadaan komunitas-komunitas adat di Indonesia dan pentingnya pendidikan inklusif.