Film “Budi Pekerti”: Cerminan Moral dan Realitas Sosial di Era Digital

“Budi Pekerti” merupakan film drama sosial Indonesia yang menghadirkan narasi kuat tentang moralitas, media sosial, dan tekanan publik di era modern. Disutradarai oleh Wregas Bhanuteja, film ini menyajikan kisah yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat masa kini, terutama mengenai bagaimana satu momen kecil bisa berujung pada dampak besar dalam kehidupan seseorang dan keluarganya.

Sinopsis Film Budi Pekerti

Kehidupan Guru yang Terguncang oleh Media Sosial

Cerita film ini berpusat pada Bu Prani, seorang guru Bimbingan Konseling (BK) yang selama ini dikenal sebagai sosok teladan di sekolah maupun masyarakat. Suatu hari, sebuah video pendek yang memperlihatkan dirinya terlibat konflik kecil dengan seseorang di tempat umum viral di media sosial. Video tersebut, yang diambil tanpa konteks utuh, membuat reputasi Bu Prani langsung hancur.

Dari seorang pendidik yang dihormati, Bu Prani dan keluarganya berubah menjadi bulan-bulanan publik. Film ini menggambarkan bagaimana media sosial bisa menjadi alat penghancur karakter seseorang hanya karena satu kesalahan yang dilihat dari satu sisi. Dalam perjuangannya mempertahankan martabat dan jati diri, Bu Prani menghadapi tekanan psikologis, sosial, hingga ancaman profesi.

Keluarga dan Moral di Tengah Krisis

Tak hanya Bu Prani, suami dan anak-anaknya juga ikut terkena dampaknya. Film ini menyoroti bagaimana satu peristiwa dapat merusak keharmonisan keluarga, menguji solidaritas, dan memaksa mereka untuk menghadapi tekanan bersama. Hubungan antar anggota keluarga menjadi tegang, namun dari situlah terlihat nilai-nilai budi pekerti, kejujuran, dan keteguhan hati.

Sisi Teknis dan Penampilan Pemeran

Akting Emosional dan Realistis

Performa akting dalam film ini sangat solid. Sha Ine Febriyanti memerankan Bu Prani dengan luar biasa: tenang, namun mampu menunjukkan gejolak batin yang dalam. Pemeran lainnya seperti Angga Yunanda dan Prilly Latuconsina sebagai anak-anak Bu Prani memberikan warna yang kuat terhadap dinamika keluarga. Interaksi mereka terasa nyata dan menyentuh.

Penyutradaraan dan Visual yang Kuat

Wregas Bhanuteja mengarahkan film ini dengan gaya yang penuh sensitivitas. Visual yang sederhana namun kuat berhasil memperkuat atmosfer emosi dan ketegangan. Beberapa adegan dikemas dengan simbolik dan kontemplatif, mempertegas pesan moral yang ingin disampaikan film ini: bahwa budi pekerti sejati tak lekang oleh cercaan dunia luar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *